PisoGaja Dompak believed was the future King of Batak culture inheritance Sisingamangaraja i. as the inheritance of the traditional gun-culture, this North Sumatra were not intended to kill, as a weapon of heirloom Dompak Gaja Piso is believed to have supernatural powers that will give spiritual strength to the holder.
Warnamerah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang-pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang
Menurutmasyarakat Sumatera Utara, piso gaja dompak ini dipercaya sebagai senjata pusaka warisan kerajaan Batak pada masa Raja Sisingamangaraja I. Karena dianggap sebagai senjata pusaka, senjata tradisional ini tidak diperuntukan untuk membunuh, masyarakat juga percaya bahwa piso gaja ini mempunyai kekuatan supranatural. 2.
Flickrphotos, groups, and tags related to the "sisingamangaraja" Flickr tag.
Sehinggadapat disimpulkan Piso Gaja Dompak artinya pisau berukirkan gajah yang berwibawa. Menurut masyarakat Sumatera Utara Piso Gaja Dompak ini dipercaya sebagai senjata pusaka warisan kerajaan Batak pada masa Raja Sisingamangaraja I. Jika dilihat secara langsung, pisau ini didominasi warna gelap. Baik pada gagang maupun pada sarungnya.
Duafilosofis dari makna 'Piso Gaja Dompak' yang artinya? Nama piso gaja dompak terdiri dari kata piso artinya pisau, berfungsi untuk memotong, menusuk. Berb
Sisingamangarajamerupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia adalah tokoh pemersatu. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dua pedang kembar ini melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII. Page 2 of 3. Previous; 1
Salahsatu mitos penting lainnya ialah tentang Piso Gaja Dompak. Benda ini adalah pisau simbol penting kerajaan dengan gagang berbentuk kepala gajah. Sekiranya hari ini akan dilangsungkan penentuan siapa di antara keturunan yang mustahak untuk diamanahkan jabatan kerajaan Sisingamangaraja ke tiga belas, maka menurut mitos lama, metodenya adalah
Sibatakadalah Aksara batak online. Meyediakan aksara Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, dan Mandailing
MEMASUKIAgustus, semua masyarakat Indonesia bersiap untuk menyambut hari kemerdekaan. Tentunya banyak cerita menarik seputar hari Kemerdekaan Indonesia, salah satunya adalah sang saka merah putih yang sangat dihormati. Seperti diketahui, bendera merupakan lambang kebesaran, kewujudan, dan kedaulatan sebuah wilayah atau negara.
S0Sc. Tentang Media berita online adalah satu program kerja Forum Bangso Batak Indonesia FBBI untuk mencapai visinya "Memajukan Bangso Batak di Bonapasogit kampung halaman, semua Puak Batak, baik di pedesaan maupun perkotaan, serta Bangso Batak di manapun berada di Indonesia dan Luar Negeri."
Senjata tradisional Sumatera Utara memang sangat beragam. Kekayaan budaya yang ada di tanah Batak ini memang terkenal dengan ciri khas tersendiri. Jenis senjata yang diwariskan secara turun-temurun pun sangat beragam. Banyak hal yang dapat kita pelajari tentang Senjata Asal Sumatera Utara, karena keunikannya. Bagi Anda ygn ingin mengetahui tentang Senjata Tradisional Sumatera Utara, berikut adalah informasi lengkapnya yang admin dapat dari berbagai sumber terpercaya. Daftar Senjata Tradisional Sumatera UtaraTongkat Tunggal Gaja DompakPiso Silima Sitolu Sasarung. Daftar Senjata Tradisional Sumatera Utara Tongkat Tunggal Panaluan. Senjata tradisional ini mempunyai nama tunggal panaluan yang berupa sebuah tongkat berupa relief patung kemudian dihiasi dengan bulu-bulu halus. Tampilannya secara fisik memang tidak begitu memberikan efek serius jika digunakan untuk menyerang seseorang. Meskipun demikian, masyarakat Batak Toba yakin bahwa pada masa lampau Raja Batak menggunakan senjata ini untuk melumpuhkan lawan walaupun tanpa bersentuhan langsung. Tentu saja hal ini mengisyaratkan adanya sisi mistis dari senjata tradisional Sumatera Utara ini. Senjata ini kerap disucikan secara khusus oleh masyarakat setempat. Sekarang ini, masih ada satu tombak tunggal panaluan yang masih tersisa yang disimpan di dalam Museum Gereja Katolik yang ada di Samosir. Piso Karo. Selanjutnya adalah Piso karo senjata tradisional khas Sumatera Utara yang cukup legendaris. Jenis senjata ini nyaris sama dengan pisau gading. Perbedaannya terletak pada bentuk gagangnya yang jika diperhatikan cukup signifikan. Perbedaannya terletak pada cara pembuatannya. Jika pisau gading dibuat dengan cara diukir, mata pisau Karo menggunakan kayu dan tanpa ukiran. Posisi keunikannya terletak pada ujung pegangan yang mempunyai cabang dan sarungnya sudah dilengkapi dengan perak dan suasa sebagai pamornya. Piso Sanalenggam. Berikutnya adalah piso Sanalenggam yang juga merupakan senjata tradisional asal Sumatera Utara. Senjata ini terdiri dari sebilah pedang yang bentuknya cukup unik. Gagangnya terbuat dari kayu yang diukir sedemikian rupa sehingga terlihat seperti patung seorang pria yang tengah menunduk. Adapun bentuk patung pada gagang piso ini sama persis seperti patung-patung suku Maya yang ada di dataran Amerika Tengah. Kemiripan ini pun masih menjadi teka-teki para sejarawan. Piso Toba. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah pisau Toba, dimana piso ini berasal dari masyarakat Batak Toba. Bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan pisau Batak lainnya. Batangnya melengkung ke dalam dengan tujuan agar memudahkan penggunaannya ketika dipegang. Lihat juga Kebudayaan Sumatera Utara Lengkap Piso Gading. Piso ini berupa sebilah pedang dengan bilah yang sangat tajam. Senjata tradisional satu ini disebut Piso Gading dikarenakan gagang pegangannya terbuat dari gading gajah. Disebabkan oleh bahannya yang langka ini, maka pedang ini sudah sangat sulit untuk ditemukan. Adapun satu yang masih tersisa ialah pisau gading peninggalan raja Batak Toba yang dibuat sekitar abad ke-19. Hujur Siringis. Senjata tradisional dari Sumatera Utara berikutnya adalah Hujur Siringis. Senjata ini berbeda dengan senjata tradisional Sumatera utara piso serit. Dari berbagai penulisan sejarah diketahui bahwa Hujur Siringis ini merupakan senjata tradisional yang paling pertama kali ditemukan. Senjata dengan bentuk tombak ini diyakini sebagai senjata utama para prajurit kerajaan Batak di masa yang lampau. Senjatanya terbuat dari kayu yang ringan tetapi kuat dengan bilah pisau yang runcing pada bagian ujungnya. Piso Gaja Dompak Bisa dikatakan bahwa senjata tradisional dari Sumatera Utara yang satu ini cukup terkenal dan bahkan bisa dikatakan yang paling terkenal. Sesuai dengan namanya, senjata ini berupa sebilah pisau yang sudah dilengkapi dengan ukuran ukiran gajah pada bagian gagangnya. Dari sejarahnya, piso Gaja Dompak ini berasal dari warisan raja yang ada di kerajaan Batak pertama yaitu Raja Sisingamangaraja 1. Sebagai pusaka yang diwariskan turun temurun, maka pisau ini tidak pernah digunakan untuk berperang maupun menumpahkan darah. Meskipun begitu, masyarakat tradisional Batak yakin bahwa adanya kekuatan magis yang dipunyai oleh senjata ini. Piso Gaja Dompak adalah pusaka yang mempunyai peran penting dalam perkembangan kerajaan Batak dan biasanya hanya digunakan untuk alarm kalangan Raja saja dari segi sejarahnya pisang raja Jombang ini sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan Raja Sisingamangaraja yang pertama. Hal ini juga didasarkan pada kepercayaan masyarakat setempat dengan adanya mitos yang berasal dari tradisi lisan yang kemudian tercatat dalam aksara. Sejarah senjata tradisional Sumatera Utara ini dikisahkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang bernama Bona Ni Onan yang tidak lain merupakan putra bungsu dari Raja Sinambela Ketika pulang dari perjalanan jauh Bona Ni Onan mendapati istrinya sedang hamil. Ia pun meragukan kandungan istrinya. hingga suatu malam ia bermimpi didatangi seorang roh. Lihat juga Rumah Adat Indonesia Roh itu mengatakan jika anak yang ada di dalam kandungan sang istri adalah titisan roh Batara Guru dan jika anak tersebut kelak akan menjadi raja yang mempunyai gelar Sisingamangaraja. Bona Ni Onan memastikan tentang adanya kebenaran mimpi tersebut kepada sang istri. Istrinya pun bercerita jika ketika ia mandi di tambak sulu atau di hutan rimba ia mendengar adanya suara gemuruh yang kemudian diikuti dengan tampaknya cahaya merasuki tubuhnya. Setelah tahu bahwa dirinya hamil, ia pun percaya bahwa ia tengah bertemu dengan roh Batara Guru. Kehamilannya pun tidak seperti kehamilan pada umumnya yang memakan waktu 19 bulan. Selain itu, saat kelahiran sang anak, terjadi badai topan dan gempa bumi yang dahsyat. Itu sebabnya putranya diberi nama manghuntai yang artinya gemuruh gempa. Ketika beranjak dewasa, Manghuntai mulai menunjukkan sifat-sifat yang ajaib yang memperkuat ramalan bahwa dirinya ialah calon raja. Saat remaja, Manghuntai pun pergi menemui Raja Maha Sakti yang bernama Raja Uti guna memperoleh pengakuan. ketika ia hendak menemui Raja Uti ia menunggu sambil memakan makanan yang disuguhkan oleh istri si raja. Secara tidak sengaja, ia mendapati Raja Uti bersembunyi di atap dengan rupa seperti moncong babi. Raja Uti pun kemudian menyapa Manghuntai dan menanyakan maksud kedatangannya menemui raja. Ia kemudian meminta seekor gajah putih yang kemudian bersedia memberikan syarat itu. Konon, Piso Gaja Dompak ini tidak bisa dilepaskan dari pembungkusnya kecuali orang memiliki kesaktian dan Manghuntai lah yang bisa membukanya ketika itu. Ia pun menjadi raja dengan Sisingamaraja 1. Hingga saat ini masyarakat Batak masih percaya akan adanya mitos ini. Senjata tradisional Sumatera dan penjelasannya ini bisa menjadi informasi hingga saat ini bagi sejarah kebudayaan yang ada di Sumatera Utara. Secara filosofis piso Gaja Dompak memuat simbol-simbol bentuk runcing dari senjata ini di dalam bahasa Batak disebut dengan rantos yang artinya ketajaman berpikir dan juga kecerdasan intelektual. Tajam melihat permasalahan dan peluang juga bisa menarik kesimpulan dan bertindak. Ukiran yang berpenampang gajah diduga diambil dari sebuah mitos yang memberikan piso Gaja Dompak dan juga seekor gajah putih. Pada Manghuntai maupun Sisingamangaraja 1 ialah lambang kebesaran pemimpin Batak yang mempunyai kecerdasan intelektual guna berbuat adil pada rakyat dan juga bertanggung jawab kepada Tuhannya. Piso Silima Sarung. Berikutnya senjata tradisional suku Batak bernama piso Silima Sarung. Arti piso Silima Sarung ini ialah di dalam satu sarung terdapat 5 buah mata pisau sehingga senjata tradisional ini punya ketajaman tersendiri dan harus hati-hati ketika menggunakannya. Menurut orang Batak, manusia lahir ke dunia ini mempunyai empat roh dimana kelima badan yang berubah wujud. Di dalam ilmu meditasi guna mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa maka terlebih dahulu harus menyatukan 4 roh ini. Lihat Juga Pakaian Adat Sumatera Utara Piso Sitolu Sasarung. Senjata tradisional piso Sitolu Sasarung ini ialah pisau yang mempunyai satu sarung yang dimana di dalamnya terdapat tiga buah mata pisau. Pisau ini sendiri melambangkan kehidupan orang Batak yang menyatu pada 3 benua. Adapun ketiga benua itu adalah benua atas, benua tengah, dan juga benua bawah. Selain itu, hal ini juga melambangkan agar debata natolu debata guru yang merupakan kebijakan, batara surya yang artinya keimanan dan kebenaran batara bulan yang merupakan kekuatan tetap menyertai orang Batak dalam kehidupan sehari-harinya. Demikianlah informasi lengkap mengenai senjata tradisional Sumatera Utara. Keragaman budaya yang diwariskan secara turun temurun memang begitu banyak. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan dan bermanfaat untuk ilmu pengetahuan seputar kebudayaan.
Blog Batak – Sebagai orang Batak tentu ada baiknya kita pun mengetahui lebih banyak lagi tentang budaya Batak. Termasuk senjata tradisional, itu adalah salah satu benda yang wajib kita tahu juga. Nah, salah satu senjata tradisional yang cukup terkenal dari Tanah Batak adalah Piso Gajah Dompak warisan sang Raja Sisingamangaraja I. Sudah pernah dengar nama senjata tersebut? Atau, sudah tahukah bagaimana bentuknya? Mari kita cari tahu, yuk! Mengenal Piso Gajah Dompak dari Suku Batak image dari Piso Gajah Dompak dahulu digunakan oleh para raja saja dan dipercaya memiliki kekuatan sakti. Ya, senjata tersebut tidak digunakan oleh mereka yang berada di luar kerajaan. Memang belum ada catatan resmi mengenai asal mula senjata tersebut namun mitos berikut dipercaya sebagai asal mula senjata Piso Gajah Dompak dari Tanah Batak. Dikisahkan Bona Ni Onan, yaitu putra paling muda dari Raja Sinambela melakukan perjalanan jauh. Namun sepulang dari perjalanan tersebut, Bona Ni Onan menemukan istrinya bernama Boru Borbor sedang dalam keadaan hamil tua. Bona Ni Onan meragukan kondisi hamil istrinya tersebut. Hingga suatu malam dalam tidurnya, dia didatangi oleh roh yang mengatakan bahwa anak dalam kandungan sang istri adalah titisan dari Roh Batara Guru yang nantinya akan memiliki gelar Sisingamangaraja. Bona Ni Onan pun menanyakan perihal mimpi tersebut kepada istrinya. Kemudian, sang istri menceritakan bahwa pada saat dia mandi di hutam rimba dalam bahasa Batak disebut tombak sulu-sulu, terdapat cahaya yang kemudian merasuki tubuhnya serta tedengar suara gemuruh. Oleh karena itulah, sang istri pun hamil. Benar saja, masa kehamilan yang dialami sang istri sampai dengan 19 bulan dan kelahiran putranya tersebut sungguh tak biasa. Kelahiran putra tersebut disertai gempa bumi dan badai. Putra mereka pun dinamai Manghuntal yang artinya “gemuruh gempa”. Tak hanya sampai di situ saja, Manghuntal juga memiliki kemampuan-kemampuan ajaib! image dari Di usia remajanya, Manghuntal bertemu dengan Raja Mahasakti bernama Raja Uti agar mendapatkan pengakuan. Ketika menemui Raja tersebut, Manghuntal disuruh menunggu sembari menikmati makanan yang telah disajikan oleh istri sang raja. Saat makan, dia tak sengaja melihat Raja Uti bersembunyi dengan wajah seperti moncong babi di atap. Raja Uti pun memberi salam pada Manghuntal dan bertanya maksud kedatangannya. Manghuntal menyampaikan maksud kedatangannya untuk meminta satu ekor gajah putih. Permintaan tersebut dituruti dengan satu syarat jika Manghuntal berhasil membawa pertanda dari kawasan Toba. Manghuntal pun berhasil dan membawa syarat tersebut dan Raja Putih pun memberikan apa yang diminta oleh Manghuntal yaitu gajah putih dan dua pusaka kerajaan yakni tombak Hujur Siringis dan Piso Gajah Dompak. Kisah turun-temurun mempercayai bahwa Piso Gajah Dompak tersebut tak bisa dilepas dari pembungkus terkecuali oleh orang yang punya kesaktian. Manghuntal-lah yang mampu membukanya dan hingga akhirnya dia menjadi seorang raja dengan gelar Sisingamangaraja I. Gelar Raja Sisingamangaraja selanjutnya pun hanya bisa diperoleh oleh seseorang yang bisa mencabut senjata Piso Gajah Dompak dari pembungkusnya. Kemudian, dia juga harus mampu menunjukkan tanda-tanda seperti mukjizat seperti misalnya menurunkan hujan dan lainnya. Tak Hanya Sakti, Piso Gajah Dompak Punya Filosofi image from Tak hanya dikenal dengan kesaktian serta dikultuskan, senjata tradisional suku Batak tersebut memiliki filosofi tesendiri. Terdapat beberapa simbol pada senjata tersebut. Bentuknya yang runcing mengartikan kecerdasan berpikir serta tajam untuk melihat peluang dan masalah. Ukiran gajah pada senjata tersebut juga dianggap berasal dari mitos gajah putih yang diminta oleh Sisingamangaraja I atau Manghuntal. Jadi, secara garis besar, diharapkan pemimpin suku Batak tersebut dapat berpikir cerdas dan bertanggung jawab pada rakyatnya. Filosofi ini juga yang tak jarang memengaruhi orang Batak untuk berpikir cerdas dan menjadi pemimpin. Lalu, sekarang dimanakah, senjata berbentuk mirip keris tersebut? Piso Gajah Dompak sekarang berada di Museum Nasional setelah diberikan kepada negara. Sebelumnya, pisau tersebut disimpan oleh putri dari Raja Sisingamangaraja XII, bernama Sunting Mariam. Diceritakan oleh salah seorang cucu dari Sisingamangaraja bahwa Sunting Mariam pernah bercerita terdapat delima merah di bagian pangkal pisau tersebut dan dia sendiri juga melihatnya ketika pisau tersebut sudah ada di museum. Sudahkah kamu pernah melihat pisau dari Tanah Batak nan legendaris ini? Tapi ada juga sumber yang mengatakan bahwa pisau tersebut sekarang berada di salah satu museum di Belanda. Mari kita cari tahu lagi, ya. Yang pasti, pisau atau keris, senjata tradisional dari tanah Batak tersebut punya filosofi yang patut kita renungkan pula sebagai orang Batak. Tak perlu jadi sakti juga, namun di zaman modern ini, kita perlu benar-benar menjadi orang yang bertanggung jawab dan mampu menjadi orang yang mampu menginspirasi banyak orang. Horas! RELATED POSTS Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded Watch LaterAdded